Selasa, 20 Januari 2009

Kemuliaan Tanpa Batas

“kriiiiiing” bel sudah berbunyi tanda jam sekolah sudah dimulai. Aku dan teman-temankupun segera memasuki kelas. kami akan belajar Bahasa Indonesia . tuk………tuk…………tuk……….” suara ketukan sepatu mulai terdengar. kelasku sunyi , tak ada satupun yang bersuara. wajah keibuan guruku mulai nampak, senyum selalu menghiasinya. salampun terdengar dari mulut manisnya “selamat pagi anak-anak” serempak kami menjawab “selamat pagi bundaaaa” itulah panggilan kesayangan dari kami untuknya. bu inapun segera memulai pelajaran. kami semua sangat sayang kepadanya, beliau adalah salah satu guru teladan di sekolahku, seluruh pelajaran darinya dapat kami tangkap dengan baik karena ia selalu menyampaikannya dengan sifat keibuan dan diselingi oleh canda tawa, tak ada ketegangan apalagi rasa takut ketika berhadapan dengannya. tidak berarti kami tidak sungguh-sungguh dalam belajar, bu Ina merupakan guru yang tegas. bukannya kami membeda-bedakan beliau dari guru-guru yang lain, kami sangat mencintai guru-guru kami tanpa memandang apapun. karena mereka telah membangun kami menjadi insan yang cendikia. namun bu Inalah guru termuda yang sangat keibuan dan berprestasi.

Tak terasa bel sudah berbunyi lagi, tanda jam istirahat dimulai. anak-anak termasuk aku berhamburan keluar kelas. seperti biasanya, aku dan beberapa orang temanku berkumpul di kantin mang usep, kali ini aku bersama Nando yang anak kepala sekolah, Vya yang anak kepala yayasan sekolah, Amran si ketua osis dan Vira si cantik nan popular. seperti biasa kami mengobrol sambil menyantap semangkok bakso dan segelas juice, ada-ada saja yang kami bahas, berhubung kami adalah manusia yang merupakan siswa dan merangkap sebagai remaja, kami membahas hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari gossip, pelajaran, ngomongin teman sendiri, acara-acara di TV, sampai hal-hal yang tidak pentingpun kami bahas. “ woii … tau enggak ?” Tanya Vya memulai obrolan. “apaan?” Tanyaku bingung. “ aku gak nyangka, ternyata bunda masih jadi guru honorer, padahal guru seberprestasi itu kan seharusnya sudah menjadi pegawai negri. ”jawab vya. “ iya, seminggu yang lalu ayahku juga bilang kayak gitu sama aku “ kata Nando. vyapun melanjutkan “awalnya aku gak percaya, tapiii ……” pembicaraan kami terhenti oleh ketukan sepatu bu Ina yang berlari menuju pagar sekolah dengan tergesa-sesa, aku heran karena aku tak pernah melihat muka bu Ina yang sepanik itu. penasaran, kami mengikuti bu Ina sampai kepagar, namun bel sudah berbunyi tanda kami harus memasuki kelas kembali. terakhir yang kulihat, bu ina memasuki sebuah taksi berwarna biru.

Keherananku semakin bertambah, ketika bu Ina tidak masuk mengajar selama empat hari, tak ada kabar dari beliau, ratusan kali aku meneleponnya namun tak ada jawaban, kurasa bu Ina sengaja tidak menjawab karena beberapa kali teleponku di putuskan secara sengaja. aku dan teman-temanku berniat mencari tahu apa yang terjadi, guru-guruku yang lain mengaku tidak tahu bu Ina pergi kemana, ketika kami kerumah bu Ina untuk yang kebeberapa kali, rumahnya tetap saja kosong. kami semua rindu padanya. hati kecilku bertanya-tanya “ dimana bu Ina ?”.

Keesokan harinya kami mengadakan rapat kecil yang mendadak, kami mencoba berfikir apa yang terjadi, setelah beberapa lama tetap saja tidak ada hasilnya, pikiran kami kacau karena soal ulangan matematika dan dilanjutkan oleh ulangan fisika tadi. bukan berarti kami membenci kedua pelajaran itu tapi, pikiran jadi oleng setelah menyantap soal-soal kedua mata pelajaran itu secara berturut-turut. usaha yang telah kami lakukan tidak berbuah sedikitpun . tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keberadan bu ina, kali ini hati kecilku berkata dengan berbahasa inggris “ oh my god, where is our bunda ?, what must we do ?” satu yang slalu kami harapkan, tidak terjadi apa-apa pada bunda .

Pertanyaanku mulai terjawab ketika aku membeli obat untuk adikku yang sedang demam dirumah sakit. tak kusangaka aku melihat bu Ina sedang menebus obat. aku tak berani mengambil langkah, aku bermaksud kembali kerumah sakit bersama teman-temanku besok sepulang sekolah .

Sepulang sekolah. kami segera beranjak dan menuju rumah sakit. tak kusangka aku menemukan bu Ina sedang dimarahi dua pria besar didepan tempat parkir, setelah kedua pria besar itu pergi barulah kami berani menghampiri bu Ina, kami melihat air mata menetes dipipinya. kami tahu, rasa kaget, sedih, dan haru bercampur di benak beliau. kami memeluk bu ina. bu Ina bertanya pada kami “ kenapa kalian ada disini ?” sedikit kesal aku menjawab “ seharusnya kami yang bertanya bunda, bunda kenapa disini ?, kenapa bunda tidak mengangkat telepon kami ?, kenapa bunda tidak memberi kabar kepada kami ?, “ sudahlah, lebih baik kita masuk terlebih dahulu” saran Amran, kami mengangguk pertanda setuju.

Kami masuk kesebuah ruangan disana ada seorang wanita tua yang sangat lemah, aku hampir tak kuat menahan air mata, “jadi …… Ini penyebanya ?” Tanya Vira pelan. bu Ina mengangguk. aku mengajak teman-temanku dan bu Ina keluar ruangan. “ jadi bunda berutang untuk membiayai rumah sakit ini ?”tanyaku mencoba menganalisa kejadian. “ kenapa bunda tidak bilang kepada kami ?” Tanya Vya. “ ibu tidak mau kalian memikirkan bunda, bunda tau kalian sedang banyak ulangan, dan kalian akan menghadapi ujian semester dalam waktu dekat ini. hatiku tertegun, otakku berfikir. ternyata bu Ina tetap memikirkan kami walaupun ia dalam kesulitan. sekarang kami telah tahu masalah bu Ina. “ tunggu …… setahuku ada penerimaan PNS 2 hari lagi, bagaimana kalau bunda ikut saja, minimal gaji bunda akan naik.” kata Amran. “ sebenarnya sudah lama bunda ingin ikut ujian CPNS, tapi siapa yang akan menjaga ibu bunda ?, dia sudah sakit sejak 5 tahun lalu, namun kali ini yang paling parah “jawab bu Ina. “kami bersedia menjaganya. kebetulan, dua hari lagi itu kan hari minggu, jadi kami bisa menjaga ibu bunda” kataku. teman-temanku mengangguk pertanda setuju. akhirnya aku melihat senyum bu Ina kembali. seminggu kemudian hasil test telah keluar, dan bu ina berhasil menjadi PNS, sejak saat itu aku berfikir. guru akan selalu mencintai muridnya dalam keadaan apapun, guru apapun itu. guru memang mulia ya kawan-kawan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar